Bahwa hampaku kian kosong
Bahwa bara itu tak tersisa nyala
Hanya abu, tak lebih..
...tapi aku sibuk dengan raguku
mencoba tetap perkasa
sementara kakiku mulai letih
Mestinya aku yang bicara
Bahwa ruang itu kian sempit
Tak ada lagi sisa untukku bernapas
Apalagi untukmu..
...tapi aku selalu menyimpan tangisku
menambalnya dengan senyum
sementara hatiku bedah dan berdarah
Lalu tiba-tiba kau yang bicara
Dengan mata basah kau berkata
"Tak ada lagi nyala itu...
bahkan bara... tak ada...
jadi untuk apa.."
Aku tergugu, kelu.. tak tahu..
Dan kosong itu kian pekat
Ruang sempit itu kian menghimpit
Saat kau berlalu
Adakah beda, bila aku yang bicara ?
20 Maret 2008
02:47:31
puisi tentang sakit hati??????????
BalasHapusbukan sakit hati tapi 'penyesalan'.. mempertahankan sesuatu demi menjaga perasaan orang lain tapi justru dia yang menghancurkan semuanya
BalasHapuswahhh turut sedihhhh
BalasHapushik hik hik... makasih mas bem..
BalasHapushiks.hiks ambil hikmahnya aja mas, mungkin ada kebaikan dibalik semua itu.
BalasHapusiya pastinya... setiap kejadian pasti ada hikmahnya koq :)
BalasHapus