Jumat, 02 April 2010

Sebuah Ironi

"rambutku dah rontok... nyaris botak... tapi bukan karena itu aku pake jilbab lho..." ucapan itu meluncur diiringi seloroh dan tawa kecil. mata itu berbinar.. bibir itu terus menebarkan senyum.. dan aku mendadak menelan getir. 

"tetekku juga udah diambil satu. mudah-mudahan yang tinggal satu ini gak diambil lagi... kasihan suamiku kalo begitu... hahaha..." kali ini tawa itu terdengar membahana. lepas. tanpa beban. dan getir yang kutelan semakin pahit.

ya.. sebelum aku berjumpa dengannya, kupikir aku akan menemui sosok yang diam tanpa daya. terpuruk dalam derita, pasrah menerima tatapan iba orang-orang. tapi tidak. dia yang kutemui ternyata jauh dari bayanganku. dengan lepas menceritakan penyakit yang dideritanya seolah menceritakan gosip anang dan syahrini. padahal penyakit yang dideritanya tergolong gawat. banyak yang menyerah dan tidak bisa bertahan ketika mendapat penyakit ini.

oya... aku belum cerita siapa dia...

namanya sebut saja dewi. tetanggaku dulu jaman kecil. sudah berpuluh-puluh tahun tidak ketemu dan bisa terlacak lagi jejaknya karena keajaiban facebook. dari situlah aku kemudian tahu kalau ternyata dia menderita kanker payudara. sudah lumayan parah. seperti yang dia ceritakan tadi, payudaranya sudah diangkat satu, dan proses kemoterapi yang dijalaninya sudah membuat rambut panjangnya musnah. 

aku sengaja datang menjenguknya. dan dia menyambutku seolah-olah dia tidak punya derita apa-apa. sungguh aku kagum dengan perjuangan hidupnya. sebagai ibu dari dua anak yang masih kecil-kecil, tentu tidak mudah menjadi seorang ibu sekaligus berjuang melawan penyakit parah. 

"aku harus bertahan.. anak-anak masih kecil, kasian kalo ibunya menyerah." kali ini suara itu tegas dan penuh tenaga. mata itu menerawang. ya.. aku paham alasannya berjuang sedemikian keras. demi anak-anak. dia ingin bisa mengantarkan anak-anaknya tumbuh dewasa dan beranak pinak. 

"mungkin ini teguran dari Allah..." suaranya tiba-tiba berubah pelan. "setengah mati sekarang aku berusaha untuk bisa terus hidup... padahal dulu..."

dia menatapku sambil tersenyum getir. aku masih belum bisa menangkap apa maksudnya. lalu dia melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat tertahan. "dulu aku goblok banget ya... subhanallah aku bisa selamat.."

olala... seperti ada sengatan listrik yang melecut memori otakku...

trrrrrriiiing...

seperti terbang aku dibawa ke masa lalu. jaman kita masih remaja. senja itu menjelang maghrib, terdengar lolongan panik dari rumah dewi, sebelah rumahku. suara ibunda dewi melolong menangis memanggil-manggil nama dewi, sementara suara ayahnya menggelegar menyebut asma Allah sambil bergetar.

ya... senja hening itu pecah oleh sebuah kabar mengejutkan. dewi ditemukan terkapar di lantai kamarnya. mulutnya berbusa. sekaleng racun serangga terletak tidak jauh dari sana. dewi mencoba membunuh dirinya sendiri, karena pacar yang sangat dicintainya memutuskannya tiba-tiba. malam itu menjadi riuh. seisi kampung heboh ketika melihat tubuh dewi dilarikan ke rumah sakit. kupikir semuanya sudah selesai.

ternyata tidak. dewi berhasil diselamatkan. tapi kejadian itu membuat orangtuanya terpukul dan malu, sehingga mereka sekeluarga pindah dari kampungku. mencoba menemukan hidup baru, tanpa jejak kelam yang telah tertoreh. sejak itulah komunikasiku dengan dewi terputus. sampai keajaiban facebook menemukan jejaknya.

dan membawaku kepadanya saat ini... saat dimana dia berjuang antara hidup dan mati, sama seperti senja riuh berpuluh tahun lalu. bedanya adalah, kali ini dia berjuang sekuat tenaga untuk hidup dalam kondisi fisik yang makin menurun. sementara dulu dia berusaha sekuat tenaga untuk mati, dalam kondisi fisik yang segar bugar.

"ironis ya.." dia berkata lagi, kali ini sambil kembali tersenyum.

aku mengangguk pelan, lalu pamit ke kamar kecil. disana aku merenung. memohon ampun padaNya dalam hati untuk ketidaktahudirianku yang masih sering mengeluh. aku butuh waktu untuk kembali menemui dewi, karena dadaku sudah mulai gemuruh.

dan mataku berkaca...

mudah-mudahan dewi kuat ya Allah... jangan biarkan penyakit ini merenggutnya. amiiin...

12 komentar: