Jam setengah Sembilan malam.
Suasana masih ramai, suara aneka jenis musik bercampur jadi satu, masing-masing terputar keras-keras dari deretan kamar kos. Ada Marylin Manson yang sahut-sahutan dengan Josh Groban dan Project Pop. Lalu suara Tompi bertubrukan dengan Evanescence dan Kangen Band. Malahan kalau lebih konsentrasi, disela-sela nyanyian tubrukan nggak jelas itu, terselip suara Wawa Marisa dengan lagunya Nasib Bunga, kalau yang itu pasti datang dari kamar Arif, anak Cilegon yang memang dangdut mania.
Memang begitulah suasananya. Sepanjang jalan kecil di kawasan Pondok Cina, Depok, itu memang isinya deretan rumah kos. Hampir semua yang kos disitu adalah mahasiswa. Kawasan itu memang dekat dengan kampus-kampus besar, ada Universitas Indonesia dan Universitas Gunadarma. Bahkan mereka-mereka yang kuliah di Universitas Pancasila di Jagakarsa, atau Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) di Lentengagung juga banyak yang memilih kos di daerah itu. Tidak heran nuansa mahasiswa sangat kental di lingkungan ini, perwakilan putra daerah dari seluruh pelosok Indonesia dipastikan ada disini.
Maka wajar saja kalau tidak ada yang protes meskipun hingar bingar tubrukan musik itu terjadi tiap malam. Satu hal yang mustahil terjadi di lingkungan perkampungan biasa.
Suasana hingar bingar malam itu bisa terdengar jelas di sebuah kamar di kosan Pok Umi, tapi kesenyapan tiba-tiba seperti mematikan semua bunyi, dan menggantikannya dengan ketegangan yang mencekam. 4 sosok diam mematung disana. Ada Nolan yang mencoba mengatur napas sambil memandang poster Rihanna di dinding. Ada Rasky yang mencengkeram gitar tanpa berniat membunyikan satu nadapun. Bimo yang terlihat gugup dan bolak-balik membetulkan letak kacamatanya. Sementara Agu, terlihat sangat panik, napasnya terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat.
“Lo koq pada diem sih ? Gimana nih !!!”
Suara Agu akhirnya memecah keheningan dalam hingar bingar itu. Nolan, Bimo dan Rasky serentak menoleh ke arahnya. Cuma sepersekian detik, karena Nolan kembali memandangi Rihanna meskipun pikirannya tidak ada disana. Rasky makin erat mencengkeram gitar.. dan Bimo kembali membetulkan letak kacamata, sambil matanya melirik kearah tangan Agu. Ada lumuran darah disana, merah segar, merah yang lebih mengerikan dari merah darah yang ada di film-film horror. Mata Bimo mengalihkan pandangan dari sana, dia tidak sanggup membayangkan bagaimana tangan itu…
“Kita ke kantor Polisi !”
Bimo berkata tegas. Nolan mengangguk. Rasky mengedipkan mata setuju. Agu melotot.
“Gila lo !! berapa tahun gue bakal di dalem ?? semester depan gue skripsi..”
“Terus lo mau ngapain ? udah tahu semester depan skripsi ngapain lo bertindak nggak waras kayak gini !!”
Nolan berkata lantang. Bibirnya sampai bergetar menahan emosi.
“Kenapa sih lo bisa gila kayak gini, Gu ? kenapa harus gini ??” Bimo menimpali dengan suara tidak kalah gemetar. Sementara Rasky masih tetap diam.
Agu menghela napas gelisah. Tatap matanya nyalang seperti mencari perlindungan. Diacaknya rambutnya yang keriting sehingga lumuran darah itu membasahi sebagian kepalanya. Tiga yang lainnya kembali mengalihkan pandangan, tidak sanggup menatap kepala Agu yang kini sebagian berwarna merah.
“Terus apa rencana lo, Gu ?” Rasky akhirnya angkat bicara.
“Gue mau kabur..”
“Sinting lo !!” Bimo menggelengkan kepalanya, lalu melepas kacamata dan memijit dahinya yang tiba-tiba terasa pening.
“Gue nggak setuju, Gu” Nolan menyambar. “Kita anterin lo ke Polisi. Lo harus nyerahin diri. Dengan cara itu lo bakalan tenang meskipun lo harus ngabisin waktu lo di penjara. Kita akan terus support lo, kita akan nungguin lo sampe keluar..”
“Gue nggak mau dipenjara. Titik.”
“Gu !!” Rasky mencoba bicara tenang. “Kalo lo pengen kabur, mau kabur kemana ? terus mau ngapain ? apa dengan kabur hidup lo bakalan tenang ? nggak bakalan deh… gue yakin lo bakalan kesiksa karena dikejar-kejar rasa bersalah, dan itu nggak bakalan berhenti mau kemanapun lo sembunyi. Kalo udah gitu nggak ada yang bisa nolongin, termasuk kita bertiga..”
Kembali hening dalam hingar bingar.
Dan keheningan itu terasa semakin mencekam.
Mereka selama ini selalu bersama. Sejak kecil mereka terbiasa menghabiskan suka dan duka bersama. Mereka bahkan tidak ingat lagi sejak kapan mereka selalu bersama. Dulu mereka pernah tinggal satu kompleks di Tebet. Sejak mereka bisa mengingat, mereka selalu berempat. Masa TK dan SD dilalui bersama. SMP mulai berpencar. SMA lebih berpencar lagi karena keluarga Agu pindah rumah ke Cipete, dan keluarga Bimo pindah ke pinggiran Bekasi. Tapi mereka masih tetap bersatu.
Bahkan ketika kuliah, mereka memilih kuliah di tempat yang berdekatan supaya bisa terus bersama. Nolan kuliah di Sastra Inggris UI, Agu di Manajemen Informatika Universitas Gunadarma, Bimo di Fakultas Hukum Universitas Pancasila, dan Rasky di Hubungan Internasional IISIP Jakarta. Mereka kemudian kos di tempat yang sama, 4 kamar dalam satu sudut berhadapan, di kosan Pok Umi di jalan Pinang, Margonda Raya, Depok.
Persahabatan mereka sudah sangat teruji. Berantem-berantem dan konflik diantara mereka sering terjadi, dan selalu bisa diatasi. Tapi mereka belum pernah mengalami goncangan sehebat ini !
Sepuluh menit lalu Nolan, Bimo dan Rasky masih tertawa-tawa sambil genjrang genjreng main gitar di kamar Bimo. Dari kamar sebelah, kamar Agu, Larc n Ciel terputar kencang-kencang, sehingga tidak terdengar suara-suara lain dari sana. Semuanya serba biasa, sampai tiba-tiba Agu menyeruak masuk kamar Bimo sambil terengah-engah. Wajahnya pias, keringat bercucuran, mulut ternganga tapi tanpa suara, dan tangannya… tangannya menggenggam pisau berlumuran darah..
Tanpa bertanya, Nolan, Bimo dan Rasky melesat ke kamar Agu, dan disana mereka serempak istighfar. Di ranjang tergolek tubuh Mita, dengan mata melotot mengerikan dan leher menganga mengucurkan darah segar.
Mita sudah mati.
menarik sih...
BalasHapusterutama soal keanekaragaman mahasiswa di daerah UI tersebut...
bahasanya juga enak dibaca..
tapi sayang suasana itu jadi kurang sreg karena tema ini bernuanasa kekerasan
wah..kayanya bakalan panjang ya mas?
BalasHapuscerita tentang persahabatan pasti seru sih..
mmm..give me more..
emang lagi pengen bikin agak2 'kriminal' nih.. tar coba dibenerin biar lebih sreg ya :) thanks
BalasHapusiya nih kayaknya bakalan panjang :)
BalasHapusmudah2an tetep semangat melanjutkan
thanks yaaa
judule horrorkos aja.. loh kok malah nyrempet2 horoskop yah ? :O
BalasHapushahaha... seru juga tuh hororkos... tapi jadi agak2 komedi nggak sih ? hehehehe
BalasHapusiya..komedi seram...
BalasHapussoale ada penggambaran orang2 bengong....
yang sibuk mandangin rihanna...spt tergigit piranha..
(cieee...lagi2 ber rhyme)
bikin penasaran....terusin mas, cuman kata kata nasihatnya...bisa diubah nggak kalimatnya ??? agak keganggu aja hehe
BalasHapusyang mencengkeram gitar... tapi tak bersenar
BalasHapushahahaha
maksudnya yang nasihat sebelah mana tuh hehehe...
BalasHapuskalimat yang ini nih mas....hehe...
BalasHapusoooo... okeee... yang ini terlalu menggurui ?? atau gak membumi ?
BalasHapusMas Rey, ini lakonnya kan mahasiswa ya. kalau boleh usul, gimana caranya agar mahasiswa itu menunjukkan kecakapannya pokokknya Smart-lah, jadi bahasa yang dan utarakan menunjukkan mereka mahasiswa yang smart dalam melakukan tindakan, walaupun sudah kejebak dalam masalah yang rumit. walaupun banyak menggunakan kata maaf "lugu" lu gue hehehhe menurut saya kata lugu penuh dg keemosian heheheh. kurangi lugu-nya mas. maaf sekedar usul
BalasHapuslanjutkan mas aldi ....
BalasHapusiya terlalu menggurui mas...kok kayaknya kurang memahasiswa...kurang gokil kata kata nasihatnya...hihihi...
BalasHapus@Mas Udin : hehehe... Terlalu 'lugu' ya... Ya udah diperhatikan :) makasih ya mas
BalasHapus@Mas Toro : makasih mas :)
BalasHapus@Lanang : hehehe... Ntar dibenerin :)
BalasHapusbagus kok mas, diterusin aja
BalasHapusini mahasiswa UI ya? setuju sama irdina04. jadi biar ngga terjebak seperti sinetron bikinan punjabi, mesti ada logika juga. latar belakang tokoh juga akan berkorelasi dengan gaya bahasa serta manajemen perilaku mereka.
tapi kan ini juga masih sekilas di awal, mungkin kalo sudah lengkap semua detil2 itu akan ada [kan mas aldi terkenal dengan detil2nya hehehehe, jadi gue percaya itu]
ayo mas, kita dukungggg....!
@Mas Bem : oke mas.. Usulnya diperhatikan :) jadi harus detil yaaa
BalasHapus
BalasHapus...hmmmm....anu....nganu loch....hmmmm....anu-nya ituh loch....
*mendadak gagu*
apa siih ?? usulan judul MENDADAK GAGU ?? hehehe
BalasHapusudah diposting ta lanjutan ceritanya?
BalasHapuscepetan posting y mas
penasaran pengen tau lanjutannya
katanya dilanjutin ??
BalasHapuswaduhhhhhh... maap belom sempet... ini aja lagi terkapar kena diare :(
BalasHapushah ?? diare...selebritis kok kena diare...gak elit mas....
BalasHapusyo wis...diarenya cepet mampet ya mas, kalo udah mampet....nulis lagi lho...
BalasHapusiya nih gak elit babar blass...
BalasHapusmampet sih belom tapi frekuensinya udah gak sering... duh sengsara ya ternyata
BalasHapus